Ketika Jeram Jadi Tantangan

Tak jauh dari tempat kami berdiri, suara gemericik air sudah kedengaran. Dari kejauhan sayup terdengar suara jeram memanggil-manggil. Suara air yang jatuh beradu dengan batu-batu sungai, menghantam kelokan jeram. Wah… ini dia yang dicari-cari. Para peserta rafting sudah tidak sabar untuk uji nyali dan kemampuan. Menghempas-hempas badan di arus nan tak tenang. Inilah jeram yang dicari-cari para rafter.

Olah raga arung jeram belakangan ini memang kian populer di Sumut. Tidak seperti di awal tahun 2000an, arung jeram saat ini bukan milik para anak-anak muda pencinta alam lagi, tapi olah raga menantang ini sudah menjadi semacam rekreasi di hutan tropis bagi para pekerja urban, turis lokal, dan turis manca negara. Tak heran jumlah tempat rafting semakin bertambah. Di Sumut saja saat ini , untuk berarung jeram, para rafter dapat memilih di Sei Asahan, lokasi ini disarankan bagi para rafter berpengalaman, Sei Wampu, dan Sei Binge yang cocok untuk pemula.

Di Indonesia, arung jeram ini sebenarnya telah populer sejak tahun 1990an dan ramai menjadi objek wisata turis lokal sejak adanya lokasi arung jeram di Sungai Citarik, Sukabumi pada tahun 1995. Beberapa lokasi lain yang populer bagi para rafter adalah Sungai Ayung di Bali dan Sungai Sadang di Sulawesi. Seperti papar Joni Kurniawan, Ketua Federasi Arung Jeram Indonesia, Sumut dan Ketua Rapid Plus, pengelola rafting di Sumut.

Keberhasilan olah raga arung jeram menjadi tujuan wisata tropis di Sumut tentu tidak terlepas dari keberanian dan kelihaian orang-orang seperti Joni untuk membidik pasar. “Apa yang bisa kita jadikan sebagai objek wisata di Sumut? Yang menarik, tetapi tidak juga jauh dari pusat kota. Orang-orang sudah bosan dengan wisata yang konvensional,” kata Joni. Jadilah Joni dan kawan-kawannya membentuk Rapid Plus yang sudah dipasarkan sejak tahun 2002. Yang mereka tawarkan adalah paket wisata Tropical Adventure, berpetualang di sungai tropis. Alhasil, tak kurang dari 1500 orang telah berpetualang di Binge Rafting yang baru dibuka pada awal tahun 2008 lalu.

Itulah sebabnya Joni optimis arung jeram akan semakin populer beberapa tahun ke depan. Binge rafting misalnya, lokasi rafting satu ini berada tidak jauh dari pusat kota Medan, sekitar 15 km dari pusat kota Binjai, 45 menit perjalanan dari kota Medan. Kedekatan lokasi ini membuat orang tidak enggan memilihnya sebagai tempat berlibur. Apalagi dibandingkan dengan tawaran untuk berpetualang dan memicu adrenalin, para penikmat tantangan tentu enggan berkat tidak.

Tambahan pula harga yang harus dibayar untuk kelengkapan rafting yang sebenarnya cukup mahal, tidaklah seberapa, hanya Rp195 ribu per paket. Hem… mau apa lagi coba? Toh semuanya ini telah lengkap, untuk transport ke lokasi, menu makan siang, jalan-jalan di seputar lokasi, peralatan rafting, plus jasa para instruktur yang akan memastikan kenyamanan berarung jeram Anda.

Beberapa waktu lalu di pertengahan bulan Januari, Luxo berkesempatan menikmati petualangan di Binge Rafting yang belokasi di Taman Alam Jaya Baru, Desa Namotating, Kec. Binge, Kab. Langkat. Sungai ini memiliki 12 jeram yang aman bagi para pemula. Jadi sekalipun Anda belum berpengalaman berarung jeram, tak usah khawatir! Asalkan mengikuti semua petunjuk dari instruktur, Anda akan baik-baik saja!

Soal resiko lecet, digigit pacet, makanan yang sederhana di lokasi arung jeram, itu bukanlah apa-apa. Bukankah bagi para petualang resiko adalah nama tengah mereka? “Lagi pula bukankah itu yang disebut sebagai adventure?” tantang Joni.

Hari itu, setelah melintasi jalanan perkampungan penduduk yang cukup membuat perut berguncang, para peserta rafting telah siap untuk memulai petualangan air kali ini. O ya… di Binge rafting ini, para peserta rafting kerap berasal dari satu komunitas yang sama, misalnya karyawan satu perusahaan atau satu organisasi. Joni dan manajemen Rapid Plus memang tengah menawarkan petualangan air ini sebagai tujuan wisata komunitas.

Setelah siap dengan segala atribut keselamatan sebagai perlengkapan rafting seperti rompi pelampung, helm dan paddle (alat dayung), kami pun menghempaskan badan di atas rubber boat (perahu karet) berukuran 4x2 meter. Perahu ini berkapasitas tujuh sampai sembilan orang. Karena masih pemula, setiap perahu dikomandoi oleh satu hingga dua orang pemandu profesional binge rafting. Jeram di Binge ini terkenal dengan grade jeram yang cukup menantang 2-3+. So… sekira seratus meter menempuh perjalanan air, kami sudah siap menyambut jeram pertama.

Aaaa… ada sedikit rasa takut ketika melihat derasnya arus yang telah menanti. Teriakan histeris pun terdengar saat perahu melintas cepat menghantam derasnya arus melewati jeram. Itu untuk pertama saja. Ketika melewati jeram berikutnya, tidak ada lagi rasa takut, yang ada tinggal rasa penasaran, bagaimana ya jeram berikutnya, sedahsyat apa?

Petualangan yang paling ditunggu-tunggu di Sei Binge ini adalah saat perahu akhirnya tiba di jeram Bendungan Namo Sira-Sira. Ini adalah detik-detik paling mendebarkan. Wuih… bagaimana tidak, bayangkan bagaimana rasanya harus terjun bebas melewati tingginya jeram bendungan ini yang mencapai 10 meter. Serrrr… darah serasa meresap ke jantung.

Tapi di situlah letak serunya. Pengalaman menghadapi jeram-jeram sebelumnya telah membuat para peserta cukup mahir melewati jeram satu ini. Apalagi sebelumnya para instruktur telah mengajarkan teknik melewati jeram bendungan ini. Perjalanan hingga ke finish kali ini benar-benar membuat setiap peserta tersenyum puas penuh kemenangan. Kemenangan menaklukkan jeram-jeram alam, kemenangan ketika jeram jadi tantangan.

Berarung jeram di Binge Rafting memang hanya dua resikonya, pertama, kalau tidak teriak maka uang kembali, kedua, resikonya ketagihan. “Terserah mau resiko yang mana?” tanya Joni. (Eka Rehulin)

Komentar

Postingan Populer