Yorick; Rindu dan Dendam pada Kehidupan
Yorick itu pemuda sunyi. Dalam dirinya ada kekosongan yang saling berkelindan, minta diisi, antara rindu, juga dendam pada kehidupan.
Tumbuh besar bersama neneknya Mak Encum, Yorick kecil tidak mengenal sosok ibu dan bapaknya. Tapi ia dilimpahi kasih sayang oleh Mak Encum. Kasih sayang penuh nasehat dan perbendaharaan hikmat. Tidak ada kelimpahan materi di antaranya. Yorick kecil tumbuh dalam serba apa adanya di rumah pertanian. Meski begitu, Yorick berlimpah dengan “harta” yang bisa dibawa sepanjang hayat. Tuntunan hidup yang ditanamkan neneknya sejak ia kecil.
Novel ini bercerita tentang Yorick. Seorang anak yang tumbuh besar bersama neneknya, Mak Encum. Tidak diceritakan dengan pasti mengapa orang tua Yorick meninggalkannya kepada si nenek. Hanya disebutkan kedua orang tuanya telah bercerai.
Diangkat dari kisah nyata, berlatar Desa Panjalu, Ciamis, kehidupan masa kecil Yorick diceritakan. Dalam serba kekurangan, Mak Encum mengajari Yorick tentang harga diri. Tentang bagaimana menjadi pribadi yang berarti. Mak Encum mengajari Yorick bekal menjalani kehidupan, menjadi berarti, seperti yang akhirnya bisa Yorick buktikan di masa depannya.
“Jangankan hanya mobil-mobilan. Pabriknya pun suatu saat nanti, bisa kamu beli.” Pesan ini membekas mendalam. Tidak hanya kepada Yorick tapi juga semua pembaca. Tamparan semangat, meyakinkan bahwa mimpi itu melampaui akal sehat.
Yorick kecil, dalam serba kekurangan sering menjadi bulan-bulanan teman-temannya. Trio Y; Yayan, Yana, dan Yanu yang selalu dilimpahi mainan seperti layangan dan mobil-mobilan oleh orang tuanya, kerap memperolok Yorick yang bahkan sepatu sekolahnya saja sudah rusak bertambal-tambal. Mereka pernah menyembunyikan sepatu Yorick sehingga Yorick harus bertelanjang kaki sewaktu harus berdiri ke depan kelas. Yorick memang anak yang tegar. Berhadapan dengan situasi seperti ini, dia tidak melawan. Ia hanya diam dan membangun “gelembungnya” sendiri. Menciptakan rasa nyaman dalam kesendiriannya yang tidak bisa diganggu gugat oleh orang lain.
Setiap Jumat, Mak Encum mengajak Yorick ke makam Uyutnya agar ia selalu ingat, di dunia ini hanya sementera, bahwa semua yang berasal dari Tuhan akan kembali kepada-Nya. Nilai-nilai yang tidak semua orang bisa dapatkan.
Meski serba kekurangan dan sering diperolok teman-temannya, hidup Yorick secara keseluruhan berbahagia dengan limpahan kasih sayang sang nenek. Ia tumbuh menjadi anak yang perhatian. Suatu kali, Yorick membelikan sepasang sendal jepit untuk neneknya. Yorick ingat, sendal jepit neneknya sudah putus salah satunya. Agar tetap bisa dipakai, neneknya memasang peniti sebagai pengait. Sayangnya, sendal jepit itu tidak pernah bisa diberikan Yorick kepada Mak Encum.
Tragedi terbesar dalam hidup Yorick tiba-tiba terjadi. Yorick dipisahkan dari Mak Encum. Dunia Yorick yang sudah berantakan menjadi semakin runtuh. Naungan perlindungannya dirubuhkan. Yorick seperti tercerabut. Mak Encum karena jatuh sakit akhirnya dibawa ke rumah anaknya Pak Cecep dan Bu Cecep. Perjalanan Yorick sebagai anak sebatang kara pun dimulai. Terombang-ambing seperti perahu kertas diamuk badai. Yorick hidup berpindah-pindah di beberapa rumah kerabat keluarganya. Ia disekolahkan tetapi diperlakukan seperti orang lain. Lebih buruk dari itu, Yorick meski masih kecil dipaksa bekerja keras. Yorick diperlakukan sebagai pembantu untuk membalas budi. Ia sudah diberi makan, tempat tinggal, dan disekolahkan. Yorick harus membayar semuanya itu. Dengan bekerja. Porsi pekerjaan yang keterlaluan untuk anak sekecil Yorick. Meski disebut disekolahkan, pada dasarnya, Yorick tumbuh dibiarkan mengurus dirinya sendiri. Dunia seperti menjauh dari Yorick kecil.
Tidak tahan dengan situasi ini, setelah lulus dari bangku SMP dan akan melanjutkan ke bangku SMA, Yorcik melarikan diri. Ia memutuskan memilih dan menempuh jalan hidupnya sendiri. Ia tahu, dirinya terlalu berharga untuk ditindas habis-habisan. Dalam kesebatangkaraannya, Yorick memulai perjalanan menemukan hidupnya sendiri.
Ia bekerja apa saja sekadar untuk bertahan hidup. Di toko servis komputer, menjaga warung internet, memperbaiki komputer, jasa desain, dan lainnya. Tidur di emperan juga pernah ia alami.
Hingga kehidupan lalu berpihak kepada Yorick. Ia berkenalan dengan orang-orang baik. Teman-teman seperjuangannya, yang dalam novel ini mengambil bagian bercerita tentang jatuh bangun yang dialami Yorick. Teman-teman satu kos dan orang-orang yang menjadi saudara tidak sedarah. Mereka yang rela berkorban dan tolong-menolong dengan Yorick. Ada Bapak Hanafi, pemberi modal yang mengisi kasih sayang seorang bapak bagi Yorick. Kin Fathudin yang memberi kasih sayang seorang abang. Rotten, sahabat sejati yang menolong Yorick kapan saja. Tejo, si penjaga yang siap sedia membela Yorick. Iyan, teman kos tempat selalu berbagi, dan Aziz adik angkatnya.
Perjalanan Yorick hingga akhirnya menjadi bos sebuah perusahaan teknologi besar berpusat di kota San Petersburg, Rusia adalah perjalanan panjang. Ia menjalaninya dengan ketabahan hati seluas samudera. Ia pendaki sejati yang tak akan pernah turun gunung sebelum mencapai puncaknya. Meski sekarat, ia tidak pernah menyerah sebelum menjadikan badai sebagai sahabat. Yorick jatuh dan bangun. Terluka dan mengobati dirinya sendiri.
Berkisah tentang perjalanan Yorick, dari seorang anak kecil yang sebatang kara hingga menjadi bos perusahaan besar, novel ini sarat dengan kekayaan cinta seorang nenek. Juga kisah persahabatan dan keyakinan untuk memeluk mimpi-mimpi.
Meski begitu, seperti layaknya novel yang tidak membosankan, ada bagian-bagian seru dan kelucuan yang diselipkan. Seperti cerita tentang Naga Hejo. Cerita masa kecil Yorick saat mengira Nenek Aam yang buang air di pinggir empang besar sebagai naga hijau. Waktu itu, Yorick pulang mengaji. Ia selalu ketakutan karena harus melewati pekuburanan untuk tiba di rumah. Saat melewati empang besar Nenek Aam, Yorick melihat bayangan makhluk berwarna hijau, memanjang, melebar, menatapnya dengan mata merah. Makhluk itu meliuk-liuk menuju arahnya sehingga ia menerjangnya. Ternyata itu adalah Nenek Aam yang sedang buang hajat. Nek Aam jatuh terjerembap ke dalam empang, rambut beruban dan kebaya hijaunya basah penuh kotoran. Duh… Hehehe…
Memanfaatkan alur maju mundur secara dinamis, novel ini membawa pembaca kepada kehidupan masa kecil Yorick berganti-gantian dengan kehidupan dewasa Yorick berlatar kota Saint Petersburg, Rusia.
Membaca kisah Yorick ini mengingatkan saya kepada kasih sayang nenek. Kasih sayang yang mulia. Tidak sama dengan ibu, tapi pada beberapa hal, kasih sayang itu lebih luas. Namun keduanya, sama tak menuntut balas. Seperti Yorick, masa kecil saya bersama keempat kakak dan abang saya, tumbuh besar di tanah pertanian nenek. Bapak dan Ibu waktu itu harus bekerja mencari nafkah. Mereka sering pulang larut malam sehingga kami dititipkan pada nenek. Hingga usia saya memasuki sekolah dasar, saya tumbuh di tanah pertanian, dengus angin di rerimpun bambu, kotek ayam, dan pengalaman romansa seperti yang dirasakan Yorick. Bedanya, Bapak dan Ibu tiap minggu datang untuk bermain bersama kami, membawa belanjaan, dan memberikan kasih sayang buat kami.
Tentang kekosongan yang bertahun-tahun “menghajar” masa remajanya, Yorick mengisinya dengan semangat. Kemarahan, dendam, juga keinginan-keinginan untuk membalasnya, ia balut dorongan agar menjadi orang yang berguna. Selama kita masih bisa, jangan menyusahkan orang lain. Ia ingat betul kata-kata Mak Encum. Maka, seperti rindu, dendamnya itu ia telah bayar tuntas.
“Aku bangga, walaupun tidak punya apa-apa, tidak punya keluarga seperti yang lain, tidak diajari dan dimentori, tapi aku punya nenek yang tidak dimiliki orang lain. Nenek, adalah “mahaguru” dengan seribu pelajaran.” Yorick memang boleh berbangga dengan ini.
Sebagai sebuah cerita yang diangkat dari kisah nyata, novel Yorcik ini memberi inspirasi. Namun ada bagian-bagian di dalam novel ini yang tidak diceritakan dengan tuntas sehingga meninggalkan kesan menggantung. Tentang latar belakang orang tua Yorick misalnya. Siapa mereka dan mengapa mereka mentitipkan Yorick kepada Mak Encum. Ini tidak ada dibicarakan dengan lugas. Apakah ini masih menjadi luka yang belum ingin dibicarakan oleh Yorick? Mungkin saja. Luka itu masih tersisa bahkan dengan membicarakannya saja.
Bagian lain yang menurut saya masih menyisakan pertanyaan adalah tentang hubungannya dengan Nevia. Mengapa Yorick masih mencari Nevia sementara Nevia sudah terlanjur patah hati? Apakah Yorick sepolos itu sehingga tidak memahami sakit hati yang dirasakan Nevia setelah ia lebih memilih perempuan lain? Silakan membaca novelnya untuk tahu kisahnya ya. :D
Judul Novel : Yorick
Penulis : Kirana Kejora
Penerbit : PT. Nevsky Prospekt Indonesia, Jakarta
Tahun Terbit : Cetakan III, 2018
Jumlah Halaman : 346 Halaman
Aduh review ini sukses buatku penasaran dengan jalan ceritanya. Kisah tentang Nenek ini jarang sekali segmennya di Indonesia. Huhu jadi inget Almh Nenekku. Aku mau beli dan baca bukunya ah.
BalasHapusIya... membaca novel ini memang bikin kita kangen sama Nenek. Jadi ingat dulu sering dibelikan jajanan pasar sama nenek. Yuk baca bukunya biar makin terasa kangen sama neneknya. :*
HapusDaripada nungguin Nevia, mendingan nungguin kak Eka (*eh...hehehehe)
BalasHapusPokoke novelnya keren ah,wajib dibaca. Titik.
Hehehe menunggu itu memang nggak menyenangkan ya. Daripada nunggu dipinjemin kawan mending beli bukunya ya. :D
Hapus