Ukiran Kayu Gorga, Oleh-oleh dari Toba
Meski modernisasi telah merambah berbagai sektor kehidupan manusia, tren
Di Tuk-tuk, Pulau Samosir, Sumatera Utara, ukiran kayu ini juga laris manis diburu peminatnya. Ukiran-ukiran kayu hasil kerajinan tangan masyarakat setempat ini, biasa dijadikan sebagai buah tangan sebuah kunjungan di Tanah Batak ini. Kerajinan etnik ini, berdasarkan etimologinya, etnik berarti populasi dengan kesamaan dalam budaya, nenek moyang atau kebiasaan tertentu, maka kerajinan ukiran kayu dari Tuk-tuk ini mengadopsi kebudayaan lokal Batak.
Kebudayaan lokal Batak yang diadopsi pada produk ukiran dan pahatan kayu ini adalah motif gorga yang biasa terdapat pada rumah adat Batak, kepala kuda, burung, dan cicak. “Kami memang menggunakan motif yang biasa digunakan pada budaya Batak. Itulah yang kami kembang-kembangkan,” kata Eston Tamba, salah satu pengrajin dan pemilik Batak Art Shop di Tuk-tuk.
Gorga Batak adalah ukiran atau pahatan tradisional yang biasanya terdapat di dinding rumah bahagian luar dan bagian depan dari rumah-rumah adat Batak. Gorga ini dibuat dengan cara memahat kayu dan mencatnya dengan tiga macam warna, merah-hitam-putih. Ketiga warna ini disebut tiga bolit.
Bahan Gorga ini biasanya adalah kayu lunak yang mudah dikorek/dipahat. Kayu ungil atau kayu ingul menjadi pilihan yang tepat oleh nenek moyang Orang Batak. Kayu Ungil ini mempunyai sifat yang kuat, tahan terhadap sinar matahari langsung dan terpaan air hujan sehingga tidak cepat rusakatau lapuk. Kayu Ungil ini juga biasa dipakai untuk pembuatan kapal di Danau Toba. Jenis kayu ini jugalah yang menjadi pilihan para pengrajin kayu di daerah Tuk-tuk. Selain kayu ingul, pengrajin kayu di daerah ini juga menggunakan kayu humbang.
Kalau Anda berkunjung ke Tuk-tuk, tak sulit menemukannya. Puluhan Art Shop siap melayani permintaan ukiran kayu bernuansa Batak. Mereka adalah para pengrajin-pengrajin tradisional yang selain turut menyumbang pada pelestarian budaya kerajinan Batak juga mengantungkan hidup dari usaha ini. Seperti Eston Tamba, ia telah menjadi pengrajin ukiran kayu sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. “Awalnya belajar-belajar saja. Teryata malah asik,” kata pria yang telah membuka Batak Art Shop sejak 1998 ini. Malahan pria berusia 33 tahun ini pernah menjadi pemenang ukiran kayu terbaik dalam sebuah festival ukiran kayu yang diadakan oleh Dinas Koperasi Indonesia tahun lalu di Jakarta.
Produk-produk kerajinan tangan mereka memang sarat muatan seni bernilai tinggi. Dihasilkan dari ide-die kreatif penuh imajinasi, serta proses pembuatan yang betul-betul membutuhkan keterampilan.
Bagi para penggemarnya, karya kerajinan tangan kayu adalah simbol
Bentuk kerajinan tangan yang dihasilkan para pengrajin di Tuk-tuk ini umum adalah patung, tongkat, kecapi, kondi, dompak (seperti topeng), gendang Batak, dan berbagai produk ukiran lainnya. Harganya cukup terjangkau, dari puluhan ribu rupiah hingga puluhan juta.
Produk etnik ukiran kayu ini memang pantas laris manis. Hasil karya kerajinan kayu ini dapat ditempatkan dimana saja, baik di rumah atau di kantor. Selain itu, penempatan khususnya juga bisa ditaruh di dalam dan luar ruangan. Hal ini dapat dipilih berdasarkan fungsi dan kebutuhan dari produk kerajinan tersebut. “Produk kerajinan kayu dan akar ini tidak hanya berfungsi sebagai hiasan ruang saja.
Nilai keindahan memang jelas terlihat dari produk-produk kerajinan tangan kayu ini. tapi yang terutama adalah makna yang tersirat dari produk itu. Bagi penggemarnya, kerajinan tangan kayu seakan mampu memberi ketenangan yang tak ternilai.
Selain itu, kelebihan lain dari barang kerajinan tangan kayu adalah tidak adanya produk yang sama persis. Meskipun motif dan bentuk sebuah produk sama, karya tersebut tidak akan pernah sama. “Produk yang terbuat dari kayu, dibuat berdasarkan imajinasi pembuatnya. Itulah sebabnya tidak akan pernah ada hasil kerajinan kayu yang persis sama,” kata Tamba. Kalau Anda berkunjung ke Tanah Batak, membawa oleh-oleh Ukiran kayu bernuansa Batak adalah keputusan yang tepat. (Eka/diterbitkan di LuxoMagazine edisi Februari 2009)
Komentar
Posting Komentar