Chimes of Heart
Senin...
Deadline baru saja usai. Ada letih yang singgah. Bukan yang membuat depresi. Mungkin butuh sedikit spasi malam ini.
Di kubikel kecilku ini, komputer masih menyala. Di layar komputer, lagu yang pernah kau kirim masih terbuka, tadi aku dengar ulang di sela-sela jam yang padat. Kupasang headset, kutekan tanda play. Lalu musik pun mengalir pelan. Ada jeda di relungku. Tarikan nafasku teratur, seteratur petikan gitar yang aku dengar.
Baru saja. Kepalaku membenam ditangan yang terlipat rapi di atas meja. Pipiku menyatu dengan bisep tangan. Musik mengalir pelan. Bunyi gitar, jadi musik yang mengalir seperti siulan, akustik yang rapi manis, ditimpa suara, tak terlalu lembut tapi terasa sangat mesra.
Makin kebenamkan kepala, mencoba meresapi makna tiap kata yang meluncur dari bibir vokalis. Ada sesuatu yang bernama entah apa masuk ke hatiku. Mungkin ini yang namanya damai.
Musik terus mengalir pelan. Mataku semakin terpejam. Kucoba nikmati lagu ini, sambil kubayangkan kau bernyanyi, menyanyikan lagu ini langsung di depanku.
Kupejamkan mata. Kini kau ada di depanku. Berkaos biru muda, seperti langit dan laut yang aku puja. Ada gitar yang kau petik.
Kupejamkan mata, dan kulihat engkau begitu dekat. "Dalam perjalanan ini, aku terus mencari, semoga cintamu seperti bintang, yang memberi cahaya, menerangi gelapku." Begitu bunyi pesan yang aku tangkap dari lagumu. Kupejamkan mata, ada sesuatu yang bernama entah masuk ke hatiku.
Lagu selesai.
Kubuka mata. Kau menyanyi untukku, bukan lagu ini, tapi memetik gitar, dengan iramamu untuk puisi yang telah siap kurangkai. Seperti katamu. Di satu tempat, di bawah cahaya bulan.
Teruntuk kamu,
Mungkin hatiku butuh spasi.
Komentar
Posting Komentar