Gara-gara Kancut


Jangan salahkan kancut, salahkan komentar yang kemudian muncul karenanya. Bagaimanapun, kancut juga punya bentuk. Eh...

Semua memang bermula dari kancut. Bukan kancut yang sebenarnya memang. Tapi lebih kepada umpatan dan ungkapan kekesalan yang tumpah di dunia maya. Saya tak sungkan, saya sebut saja, ehm... di twitter. 

Kemarin, karena kesal, teringat kata nenek, kita perlu menumpahkan kekesalan untuk tetap menjaga pikiran bisa tetap waras, saya tumpahkan kekesalan. Pilihan katanya pada "KANCUT" Ya, kancut. Entah kenapa kata itu yang kemudian terpilih dri miliaran kata yang berseliweran di udara. Tentu saja bukan karena saat itu pikiran saya sedang dipenuhi dengan kancut, bentuknya yang aneka rupa sekarang, atau sesuatu yang disembunyikan di dalamnya. Bukan, bukan karena itu. Pertimbangannya adalah lebih kepada memilih kata yang bisa mewakili kekesalan, tapi tidak terlalu kentara. Tidak pula terlalu kasar dan mungkin ya, sedikit lucu.

Saya pikir, kalau saya pilih dengan menyebut Jambu, semangka, nenas, atau tomat, kekesalan saya justru tidak tersalurkan. Kenapa tidak lontong? Kalau ada yang tanya begitu, mungkin jawabnya, saya sedang tidak lapar waktu itu. He-he-he...

Pilihan kata juga tidak tertuju pada organ-orang intim spesifik manusia, karena saya pikir, buat apa memaki punya sendiri. Dan... pilihan kata seperti FUCK... itu terlalu kentara kalau saya sedang marah. Saya tidak ingin terlalu terbawa emosi.

Maka pilihan jatuh pada Kancut, bukan kepada sesuatu yang ada di dalamnya. Tentu kalian tahu apa yang aku maksud.

Dari curhat di social media, maka kancutpun disambut dengan berbagai reaksi. Reaksi pertama yang kemudian mengular hingga ke malam harinya. Seorang teman me-reply twit saya sambil men-cc-kannya pada satu akun twit. Silahkan cek sendiri kalau berminat. (cek twitter saya di @ekarehulin, ada di time line saya kok). Hue-he-he...

Karena penasaran, lho kenapa harus di cc kan dengan akun ini? Pikir saya waktu itu. Maka, jadilah akun tersebut saya buka... Dan... voila... akunnya asli bikin saya kekeh. Asli KANCUT! Laki-laki super KANCUT. Avanya di twitter tersebut bikin saya kekeh geli. Juga foto profil di facebook. Apa-apaan ini? Omegos, lelaki berkancut, satu dengan kancut model sporty, yang satunya lagi dengan model yang lebih feminim. Astafirulah!! LOL

Twit demi twit antara saya dan teman saya itu pun bergulir. Tentu seputar lelaki kancut yang menurut teman saya, sempat menjadi famous di antara dia dan teman-temannya. Wah... kejadian lagi. Si lelaki kancut pun kemudian kembali tenar di kalangan saya dan teman-teman satu kantor. 

Apa pasal? Si lelaki kancut ternyata punya bio yang tak kalah unik dan menarik. Saya pikir ia sangat pantas bekerja di dunia kreatif dan menyuplai tagline yang tepat untuk sebuah produk. Di akun tersebut tertulis, "Pria dengan rasa apel segar".

Coba kalian pikir, bayangan apa yang akan muncul di kepala yang membaca saat melihat foto pria berkancut dengan bio, pria dengan rasa apel segar. Apanya yang rasa apel segar? Wah... Gimana pula itu rasa apel segar. Serius, saya sedang tidak ngeres, hanya sedang berusaha menerjemahkan apa yang hendak dia sampaikan.

Berangkat dari kelucuan tersebut, ketika ada teman lain yang mengomentari twit saya tersebut, tanpa merasa rugi, saya ingin berbagi penemuan menggelikan itu. Saya ingin berbahagia bersama-sama. Akun tersebut pun kemudian saya cc-kan bahkan saya bagikan pada beberapa teman.

Jadilah akun tersebut jadi lelucon sore hari teman-teman sekantor. Hei, sewaktu ada teman yang twit begini "Akun ini bikin bandung tercinta saya jadi bau ketek!" (lucunya akun ini aktif lho) segera bales dengan memberi tanda emoticon begini "-________________-" Wahahahaa....

Begitulah, semuanya bermula dari KANCUT, dan kebahagiaan pun terus berlanjut hingga malam hari.

Pada akhirnya saya hanya mau bilang, "HIDUP KANCUT!!" Mari kita mencintai kancut kita masing-masing, karena dia telah berjasa menjaga apa yang tersimpan di dalamnya.

Sekali lagi, "HIDUP KANCUT!" Atas nama kemanusiaan, salam KANCUT sodara-sodara! 

Komentar

Postingan Populer