Pacaran Makan-makan, Putus Minum-minum


Kedengarannya klise ya... Dua-duanya nyerempet sama urusan perut. Ya bisa dibilang kayak gitu jugalah. Soalnya, dua-duanya, baik makanan atau minuman itu masuknya ke perut. Penyebabnya juga sama! Persoalan hati!
Hati ini memang bajingan kadang-kadang. Yang pernah patah hati, pernah sakit hati, pernah jatuh hati, pernah mati hati, pasti akan segera mengiyakan, mengaminkan, bahkan mungkin bisa berteriak spontan, “Iya... hannn... jeng! Hati ini memang terkadang bajingan!” 

Sulit dikendalikan, sulit ditebak, tak sejalan sama logika, tak konsisten sama keputusan yang baru saja dibuat, dan tak bisa dipercaya. Di sekali waktu. Walaupun di kali lain, hati bisa jadi sahabat yang paling bisa dipercaya. Soalnya hati itu jujur.

Ngomongin soal hati, ngomongin juga soal jatuh cinta. Ujung-unjungnya ngomongin juga soal pacaran.
Jadikan... teringatnya, yah... tiap kita pasti pernah ngalamin, masa-masa pedekate, masa-masa jatuh cinta, masa-masa jadian, masa-masa digantung, masa-masa putus, masa-masa patah hati! Semua ada fasenya.

Aku bukan cerita kalau aku sedang jatuh hati atau patah hati atau sedang berbunga-bunga. Bukan itu pointnya.  Cuma mencermati sedikit fenomena anak muda yang ada di sekitar kita.

Dulu waktu masih duduk di bangku SMA, atau waktu masih menjadi mahasiswa di kampus (and yes, aku hampir aja jadi mahasiswa  abadi dulu. :D), tiap kali ada teman yang berhasil “eh...... –dengan penekanan yang panjang“ maksudku tarik-menarik chemistrynya cocok, terus mereka saling ngerasa jleb, ujung-ujungnya jadian, teman dekat pasti diajakin makan-makan. Semacam selebrasi dan perayaan atas terjalinnya sebuah hubungan. Layaknya syukuran dapat tender atas binis baru. Ya... kayak-kayak gitulah.

Lain halnya kalau sekarang. Nggak ada lagi istilah makan-makan kalaupun ada yang baru jadian. Makan-makan biasaya cuma buat morotin yang ulang tahun. He-he-he... Tapi walaupun begitu celetukan, “Makan-makanlah woii... “ itu tetap berlaku.

Bedanya, sekarang ini, di tingkat kedewasaan seperti sekarang, ah, taik kucing sama yang namanya kedewasaan itu, yang menjadi selebrasi itu bukan lagi pas jadian. Tapi selebrasinya adalah selebrasi patah hati. Kurang ajar memang kalau aku sebut itu selebrasi. Selebrasi kelam soalnya. Tapi toh di sana,di selebrasi itu, biasanya ada musik, tarian, rokok, dan juga minuman. Netralisir hati katanya. Sebagian orang bilang itu pelarian. Buat aku, itu sah-sah saja.
Berusaha MOVE ON! Menggeber otak dan pikiran. Menunjang-nunjang alam bawah sadar dengan alkohol, agar hati dan pikiran, berharap begitu, bisa melupakan sebentar beban patah hati, dan ketika sadar nanti, pikiran sudah bisa diajak kompromi, berpikir jernih, lantas langkah MOVE ON bisa diambil.

Terkadang memang cukup membantu. Karena setelah kegilaan selalu muncul kewarasan. Apalagi buat mereka yang hanya bisa percaya dan belajar setelah mengalami, bukan orang yang tunduk dan percaya pada nasehat dan kata orang.

Kayak cerita sekitar sebulan lalu. Aku terlibat dalam drama putus minum-minum ini. Ha-ha-ha... Adalah teman saya, sebut saja namanya Mawar dan pacarnya Marwan. Wew... Mumpung lagi tren. Mawar dan Marwan akhirnya putus sudah. Yah... drama percintaan mereka pun akhirnya berujung pada satu malam. Malam saat aku dan 4 orang teman yang lain terseret drama patah hati Mawar. Kami merayakan dan menggila bersama. Menemani Mawar menggeber hatinya. Dengan asumsi, Mawar butuh teman! Jadi bukan karena kami suka minum-minum.  Hoekkkk....

Pitcher pertama beer kami, kami tertawa.

Pitcher kedua, kami bersulang!

Pitcher ketiga, kami banyak diam.

Pitcher keempat, Mawar mulai tertawa dan menari.

Pitcher kelima, Mawar mulai meracau. Mulai hiperaktif, raba sana raba sini.

Pitcher keenam, Mawar kehilangan keseimbangan. Sedang kami berempat yang lain berdiri tegak berusaha menjaga.

Pitcher keenam, pitcher terakhir, asbak rokok telah penuh. Bibir mawar meracau, menebal karena rokok, kurasa begitu. Entah apa yang ia ucapkan. Bukan makian, tapi godaan.

Sekian kali ia tumbang, nyasar ke rumah pacar saat pulang sebelum tiba di rumah, dan esoknya baru teriak “Hanjeeeng” begitu tau kartu kreditnya terutang hampir satu juta.

Ha... baru ingat aku, bukan kali ini saja. Sebelumnya, aku juga pernah menemani teman yang lain saat patah hati. Kali ini sebut saja namanya Eki. Eh.... Ha-ha-ha... Waktu itu sekitar tahun 2009. Atas nama solidaritas, kami tak melarang kalau tak bisa dibilang mendukung gerakan Eki mengobati patah hati. Begadang semalam suntuk, ditemani alkohol jadi pilihan. Selebrasi hanya akan selesai sampai Eki teler dan meracau bebas. Kali ini, si alkohol kami panggil tuak. See... putus itu minum-minum!

Yah...begitulah, putus minum-minum sepertinya sedang menjadi gejala anak muda sekarang untuk bisa MOVE ON!
Lantas seperti jatuh cinta adalah selebrasi, maka patah hati juga adalah sebuah perayaan!
Nah, kalau digantung? Kayak telepon, putuskan aja kabelnya. Cemana???

Tengah malam, saat pikiran meracau walau tidak sedang mabuk alkohol. Saya tidak suka mabuk.
Kamar 4X4   

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer