Salt Water Tasted is Too Long
Meskipun bukan termasuk orang yang suka bernostalgia, tapi kadang hati ini bisa mendadak menjadi rapuh. Air mata rasa garam bisa saja langsung terjun bebas ke wajah begitu melihat sebuah adegan perpisahan sembari semua ingatan kebersamaan berkelebat di kepala. Salt water tasted is too long. Terlalu lama ada di rasa dan di hati.
Seperti kemarin setelah sekian lama mencoba menekan sisi sentimentil, mungkin terakhir di sebuah taman, saat teman terbaik harus bergerak menjauh. Kemarin menjadi satu momen tak tertahankan menumpahkan air mata. Aku sudah coba. Berkali-kali untuk menahan. Sukses jaya, sampai kemudian....
Di pintu gerbang kompleks. Meluncur pelan sepeda motor Shinko. "Bye..." Katanya lirih.
"Sampai ketemu." "Setiap kenangan adalah kenangan," kataku dalam hati.
"Bye... Teriak kami."
Sepeda motornya melambat. Kemudian berhenti. Di balik helmnya, ada air bening tertahan. Matanya berkaca-kaca tertutup poni rambutnya. Kami terdiam.
"Yulin...," teriaknya pelan.
"Kita belum..." kalimatnya terputus.
"Udah... udah... nggak mau aku, Shinko," kata Yulin pelan. Menolak, berusaha menjauh.
"Nggak mau aku Shinko...," katanya. Panjang... Tiga tetes air mata meluncur bebas. Mata Yulin memerah. Aku dan Linda cuma terkesiap. Terdiam. Ada panas terasa di mataku. Diam-diam aku menangis.
Sialan kalian berdua. Tatap mata mereka mengikat persahabatan. Ah, apa diam-diam mereka saling mencintai? Bwakakaaka... Mereka teman lapangan. Teman yang sering berantam, tapi itulah yang mengikat pertemanan mereka.
Shinko... be always our Shinko. Huehehehee...
Ternyata Yulin sentimentil juga.
Udah ah, jangan sentimentil lagi. :P
Komentar
Posting Komentar