Sherlock Holmes
Layaknya sebuah film yang sedang putar tayang di bioskop, Sherlock Holmes jadi trend topik pembicaraan teman-teman saya di kantor. Sebagian bilang filmnya bagussssss... sebagian kecil lain bilang, "Not Recommend, nggak enak." Begitulah, Sherlock Holmes jadi pembahasan kami di suatu sore. Dan.. saya tetap tertarik untuk menonton. Menikmati sendiri aksi si genius pemecah sandi dan kode tersebut. Jujur saya bukan penikmat serial misteri, serial detektif, atau film-film yang membuat kening berkerut.
Singkatnya, jadilah saya menonton dengan ketiga teman. Berangkat dengan pengetahuan serba minim tentang Holmes dan Dr. Watson, saya menikmati layar berlatar tahun 1800, setting masa lampau yang awalnya sempat membuat saya bosan. Apalagi pergi menontonnya tidak dengan pacar. Ha-ha-ha...
Sebagai orang yang bukan penikmat cerita misteri atau detektif, tolong catat ini, saya juga tidak menyukai Conan Edogawa atau serial detektif lainnya. Membaca atau menontonnya membuat rasa takut saya menyeruak keluar. Jadinya parno, jadinya curigaan. Nah, di awal scene, saya sempat bosan. Rada gambling memang menonton apa yang kurang kita suka. Hey, jujur, saya hanya berbekal pengetahuan minim tentang Sherlock Holmes. Kalau ditanya ini film ke berapa Holmes yang saya tonton, maka jawabnya adalah, ini yang perdana. He-he-he...
Saya cuma tau, film kali ini berjudul Sherlock Holmes, Games of Shadow. Sutradaranya, ehm... mantan suami Madonna. Robert Downey Jr dan Jude Law jadi bintangnya. Tentang keduanya, ehm... saya akui, keduanya memang macho. Apalagi Jude Law, ya... meskipun beberapa kali telah bercerai. Itu ndak penting ya dibahas. He-he-he...
Okay, setelah 10 menit pertama, saya mulai menikmati film ini. Terutama dialognya yang cerdas. Ah, beberapa ingin saya twit, tapi saya khawatir memecah konsentrasi. Alhasil, handphone saya simpan kembali. Dialog-dialog cerdas bermutu jadi ping-pong yang menarik antar tokohnya. Tambahan pula kesan misterius tapi tidak lupa meletakkan humor di sana. Film yang sejak awal saya kira rumit dan akan membuat saya pusing, saya bisa nikmati 100%. Ada banyak kejutan yang tidak terduga dalam banyak adegannya. Siapa sangka kalau tiba-tiba saja Holmes melempar istri Dr. Watson, Merry ke luar kereta api, jatuh ke sebuah sungai. Percakapan mereka lucu tentang ini. Terkesan melecehkan perempuan? Awalnya saya pikir seperti itu!
Ternyata tidak. Bukan Holmes namanya kalau tidak memiliki perhitungan waktu yang sangat tepat. Yup, bahkan menjatuhkan isteri Dr. Watson sudah diperkirakan waktu dan tempatnya. Di bawah sana, di sungai yang mengalir, saudara Holmes sudah siap menunggu dengan perahu. How come? Saya terpesona.
Untuk bagian lucu lainnya, sebut saja saat penulis cerita ini ingin menyampaikan bahwa seorang yang tanpa cela seperti Holmes pun punya kelemahan. Saat harus melarikan diri dan mengejar waktu, terlihatlah adegan Holmes tidak memiliki kemahiran berkuda. Takut tepatnya. Dengan bahasa Holmes, dia enggan menunggangi yang licik di bagian depan dan belakang serta tidak tulus di bagian tengahnya. Seperti saya, kedua teman saya juga menyangka Holmes akan menumpang kuda yang ditunggangi orang lain, atau Holmes naik mobil atau sepeda. Hei... bukan berkuda, bukan bermotor, Holmes mengendarai keledai. Bayangkan betapa lucunya seorang jagoan mengendarai keledai sementara yang bukan jagoan naik kuda dengan gagahnya. Saya ingat benar waktu Holmes bilang begini,"Lihat saya duluan," saat dia meninggalkan rombongan yang lain beristirahat sembari menunggu jalan keledai Holmes yang sangat lambat. How fun... Ha-ha-ha...
Bagian endingnya juga tak kalah lucu, saat tiba-tiba dari antara haru dan kejutan yang diterima Dr. Watson, penonton juga sekaligus menerima kejutan. Bagaimana mungkin terpikir kalau yang sewarna dan semotif dengan sofa kursi tamu Dr. Watson adalah Holmes yang sedang menyamar.
Ah... tentang ketegangan.. Ada banyak adegan seru, perkelahian, darah, luka, tembakan, ledakan, dan kengerian yang mewarnai film ini. Yang... untungnya dikemas dengan sangat baik. Seimbang dengan humor, plus sinematografi yang menarik.
Soal persahabatan, ini juga jadi yang membuat saya terkesan. Saat Holmes terasa tak tertolong, saat Holmes tak jadi mati, saat Holmes butuh pertolongan, saat Holmes lalu dikabarkan mati, saat pernikahan Dr. Watson, persahabatan mereka sangat indah. Sulit didefenisi. Persahabatan yang terkait erat antara dua lelaki yang kadang sulit dipahami perempuan. Tentang relationship mereka, eh, partnership mereka, tidak biasa dan sangat menarik. Tidak muncul kepermukaan, tapi tinggal jauh di dalam diri mereka. Bagaimana pendapat kalian saat melihat Holmes menari dengan Dr. Watson? Ha-ha-ha... Saya sangat menikmatinya. Overall, film ini sangat menghibur hari saya. Very entertain.
Komentar
Posting Komentar